REDAKSI8.COM – Menyusul berakhirnya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tahap I, Pemkab Barito Kuala (Batola) resmi memperpanjang penerapan PSBB ke Tahap II.
Pengumuman perpanjangan PSBB ini disampaikan Bupati Hj Noormiliyani AS dalam Press Rilis kepada wartawan di Aula Selidah, Jumat (29/05) siang.
Penerapan PSBB Tahap II yang dilaksanakan Pemkab Batola ini menyikapi perkembangan kasus Covid-19 yang belum juga menunjukan penurunan. Malah cenderung terjadi peningkatan tajam.
“Di kesempatan yang baik ini serta bertempatan pada hari penuh berkah ini kami memutuskan memperpanjang pemberlakuan PSBB,” papar Noormiliyani dalam Press Rilis yang dihadiri Wakil Bupati H Rahmadian Noor, Dandim 1005 Marabahan Letkol Kav Sugianto SE, Kapolres Batola AKBP Bagus Suseno SIK MH, Sekda H Abdul Manaf dan Tim Gugus Tugas.
Dengan adanya pengumuman ini, maka secara resmi Pemkab Batola menerapkan PSBB Tahap II sejak 30 Mei 2020 pukul 00.01 wita dan berakhir 12 Juni 2020 ke depan.
Putusan ini diambil berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan serta Keputusan Bupati Barito Kuala.
“Sesuai aturan-aturan yang ada PSBB dapat diperpanjang seandainya masih terdapat penyebaran Covid-19,” ujar Noormiliyani.
Mantan Ketua DPRD Provinsi Kalsel itu menjelaskan, seiring pelaksanaan PSBB Tahap II pihaknya juga melaksanakan sosialisasi New Normal terkait berbagai aktivitas kegiatan baik di sektor usaha, perekonomian, sosial, pendidikan, budaya, keagamaan maupun lainnya.
“PSBB Tahap II ini berbeda dengan Tahap I yang lebih banyak menekankan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Untuk itu Noormiliyani berharap masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan bisa lebih disiplin. Mengingat keberhasilan dari penerapan sangat ditentukan dari kesadaran masyarakat sendiri.
Di kesempatan jumpa pers ini, bupati perempuan pertama di Kalsel itu juga menyinggung tentang perkembangan penanganan kasus Covid-19 di Batola.
Meski saat ini menempati peringkat keempat terbanyak se-Kalsel namun Batola tidak menganggap gagal mengendalikan penyebaran.
Sebaliknya banyaknya kasus terjadi justru menjadi keberhasilan pencegahan.
Mengingat hampir sebagian besar pasien terungkap berasal dari hasil tracking yang ditindaklanjuti pelaksanaan rapid test massal maupun perorangan.
“Kami telah melakukan rapid test kepada 900 orang dengan hasil 112 reaktif dan 788 non reaktif dan 156 di antaranya juga telah menjalani swab test,” pungkas Noormiliyani.