REDAKSI8.COM – Potensi kerajinan purun yang menjadi salah satu produk kerajinan unggulan Kota Banjarbaru, memang dapat mencuri perhatian wisatawan yang datang, baik wisatawan lokal maupun asing.
Daya tarik kerajinan anyaman asli dari purun dan kearifan lokal masyarakat itu memang tampak unik.
Dengan polesan warna warni pada tubuh produk anyaman, serta hiasan kain sasirangan yang membuat Kerajinan olahan masyarakat Kelurahan Palm Kecamatan Cempaka itu, tampak berbeda dari anyaman daerah lain.
Dibuat menjadi berbagai macam bentuk, mulai dari Tikar (alas lantai), Tas, Sendal hingga cinderamata, produk anyaman ini menjadi objek edukasi untuk para wisatawan yang berkunjung ke Kota Banjarbaru.
Akan tetapi, jumlah produksi purun masih sangat minim, bahan baku utama produk ini tidak banyak ditemukan di Banjarbaru sendiri.
Mirisnya, selama ini bahan yang digunakan para pengrajin purun Kelurahan Palm didatangkan dari daerah lain.
Kebanyakan tanaman yang biasa tumbuh di area rawa itu, hanya bisa diperoleh di daerah Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara dan Tapin.
“Kami akan coba budidayakan purun di Banjarbaru. Karena ini permintaannya bapa Wakil Walikota Banjarbaru,” ucap Kasi Hortikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3), Rabiatul Adawiyah, saat dijumpai di Kantor DKP3, Kamis (27/6).
Ia mengatakan, bersama rombongan Bidang Tanaman Pangan dan Horticultura Dinas KP3 Banjarbaru, pada Senin (24/6), telah melakukan Studi Banding ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala, terkait bagaimana cara membudidayakan tanaman purun.
“Tanaman purun hanya bisa hidup pada kondisi perairan yang asam, seperti di daerah Liang Anggang dan Cempaka,” terangnya.
“Cara menanamnya cukup memakai sistem layaknya metode tanam padi,” Sambungnya
Tidak hanya itu, lebih jauh kepada Redaksi8.com, dalam studi banding tersebut, pihaknya juga diberikan pengetahuan, bagaimana tehnik memanen purun agar tidak menimbulkan kematian.
“Jika akar purun ikut tercabut maka purun tidak akan tumbuh lagi. Jadi kita cukup memotongnya saja,” tegasnya.
Melihat komoditi tanaman purun di Kelurahan Palm yang kian memburuk, wanita yang akrab disapa Adawiyah itu mengkhawatirkan, metode memanen yang digunakan masyarakat setempat selama ini kurang begitu benar.
“Kami akan sosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat, supaya tanaman purun yang masih ada bisa bertahan untuk sementara waktu,” imbuh Adawiyah.
“Jika kita sudah bisa memproduksi bahan baku sendiri, kita tidak akan mendatangakan bahan baku dari luar lagi. Harga purun yang sudah diolah pun bisa kita turunkan. Dengan begitu semoga para konsumen yang datang untuk membeli produk lokal ini semakin banyak,” harapnya.
Diakhir wawancara, Adawiyah mengungkapkan, pihaknya akan memanfaatkan lahan persawahan untuk membudidayakan tanaman purun.
“Setelah berakhirnya masa panen padi sekitar bulan september nanti, lahannya kan nanti kosong, nah disitu akan kita coba tanam purun. Sebab tanaman purun tidak memerlukan waktu yang lama pada proses pertumbuhannya, hanya butuh waktu 3 bulan sudah bisa panen,” Jelasnya.